ARTICLE AD BOX
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng mengajukan bantuan mesin pompa portable untuk menangani kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bengkala di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Bantuan alat tersebut ditujukan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, Kadek Agus Hartika menyebutkan kondisi di TPA Bengkala masih diselimuti asap kebakaran, pada Selasa (29/10). Meski demikian, ia menyebut kondisi udara di sekitar areal TPA mulai membaik. Hal itu didasarkan pada uji kualitas udara dengan aplikasi.
Dari pemantauan kualitas udara menggunakan pihak ketiga yakni Plums Labs, kualitas udara di TPA Bengkala pada Selasa (29/10) pukul 07.00 Wita masih pada kategori baik/lumayan, dengan nilai 34 (kategori baik/lumayan). Angka ini terus meningkat dari sebelumnya pada Senin (28/9) lalu nilai udara di sana adalah 37. Bahkan, pada Minggu (27/9) malam kualitas udaranya mencapai 51 atau masuk kategori buruk.
“Kondisi TPA Bengkala hari ini masih berasap, namun cenderung menurun, menyusul titik api yang mulai padam. Kualitas udara juga masih dalam ambang batas, berdasarkan hasil tes,” ujar Agus Hartika dikonfirmasi pada Selasa sore.
Ia mengungkapkan, BPBD Bali telah meninjau lokasi kebakaran TPA Bengkala pada Senin kemarin untuk melakukan asesmen. Dari asesmen itu, BPBD Bali berencana mengirimkan alat untuk membantu penanganan kebakaran di TPA. Bantuan itu berupa mesin pompa portable untuk mempercepat pendinginan di lokasi kebakaran.
Namun sembari menunggu bantuan, DLH Buleleng terus melakukan penyiraman yang dibantu Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, BPBD Buleleng, serta mobil tangki dari Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng.
”Rencananya (BPBD Bali) mendatangkan mesin pompa portable, namun belum datang. Kami tetap koordinasikan untuk bisa segera sampai. Kalau alatnya ada banyak, kami minta didatangkan lebih banyak,” lanjutnya.
Sebelumnya, kebakaran TPA Bengkala terjadi sejak Sabtu (26/10) sekitar pukul 11.00 Wita. Kebakaran ini disebabkan oleh adanya gas metana di dalam gunungan sampah. Ditambah dengan cuaca Buleleng yang saat ini sangat panas serta diselingi angin kencang. Panas yang bercampur dengan gas metana tersebut diduga memicu api.
Kebakaran itu awalnya diketahui dari munculnya kobaran api di Blok 2 yang kemudian merembet ke Blok 4. Api diketahui hanya membakar sampah yang tergolong baru saja, sedangkan sampah lama sudah bercampur dengan tanah sehingga sulit terbakar. DLH Buleleng kemudian melakukan penyekatan untuk mencegah kebakaran meluas. 7 mzk