ARTICLE AD BOX
Para wisudawan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam berbagai bidang di tengah persaingan era Artificial Intelligence (AI).
Sebanyak 199 wisudawan tersebut berasal dari program Magister sebanyak 35 orang. Sedangkan program Sarjana (S1) terdiri dari Jurusan Dharma Acarya sebanyak 79 orang, Jurusan Dharma Duta sebanyak 58 orang, Jurusan Dharma Sastra sebanyak 14 orang, dan Jurusan Brahma Widya sebanyak 13 orang.
Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Prof Dr I Gede Suwindia, MA, mengatakan, Wisuda IX ini diharapkan menjadi wisuda yang terakhir dengan status Sekolah Tinggi (STAHN). Suwindia pun berharap tahun 2025 STAHN Mpu Kuturan sudah bertransformasi menjadi Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Mpu Kuturan.
Wisudawan juga diharapkan dapat berkontribusi positif sesuai dengan Visi Misi STAHN Mpu Kuturan yakni Unggul Bermartabat Berkarakter Tri Kaya Parisudha. Ia menyebut, Artificial Intelligence (AI) memang memiliki kecerdasan layaknya seorang manusia. Tetapi kekurangannya, AI tidak memiliki hati seperti manusia.
“Kami meminta agar alumni memiliki attitude yang baik, di tengah era transformasi digital. Sehingga mereka bisa bersaing walaupun mereka anak sekolah agama. Tetapi bisa beradaptasi dan berkompetisi di tengah pesatnya perkembangan Artificial Intelligence,” ucap Prof Suwindia.
Lulusan STAHN Mpu Kuturan juga diarahkan agar cerdas membaca peluang kerja. Tidak hanya di sektor formal seperti ASN tetapi juga sektor informal yang peluangnya lebih besar. Beragam keterampilan yang diberikan di bangku kuliah dapat dikembangkan di sektor non formal, termasuk menciptakan lapangan kerja yang kreatif untuk berkontribusi menekan angka pengangguran.
Sementara itu, PJ Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana meminta kepada para wisudawan untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku kuliah. Menurutnya, alumni STAHN Mpu Kuturan memiliki karakter yang kuat dalam membangun masyarakat.
“Mudah-mudahan bisa memberikan makna kehidupan untuk kemajuan, bagi Buleleng, Bali dan Indonesia. Jadilah lokomotif atau penggerak bagi masyarakat luas di berbagai sektor,” harap Lihadnyana.
Dirjen Bimas Hindu, Prof Dr I Nengah Duija, MSi melalui virtual memaparkan minat kuliah di kampus bernafaskan keagamaan masih relatif rendah. Namun dia tetap optimis kedepan perguruan tinggi bernafaskan keagamaan Hindu senantiasa memperbaiki kualitas demi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
“Perguruan tinggi jangan hanya semata mata melahirkan intelektual tetapi harus memiliki karakter. Bapak Presiden Prabowo berpesan, meskipun memiliki IPK 4,0 tetapi tidak memiliki karakter tetapi sama dengan 4x0, ya sama dengan nol,” kata Prof Duija.@k23